Tersiksa Panas Dalam
SUDAH seminggu aku sakit. Sakit kali ini berbeda dengan sakit-sakit sebelumnya. Biasanya aku hanya demam disertai flu, pilek dan batuk. Dan dalam waktu 3 hari sudah sembuh kembali. Tapi kali ini, benar-benar sakit yang menyiksa diriku dan membikin khawatir ayah dan bunda.
Sejak Kamis siang, 15 Juni lalu, badanku sempat panas. Tapi itu hanya berlangsung sebentar, karena malam harinya suhu tubuhku kembali normal. Namun keesokannya, sakitku benar-benar tak bisa diajak kompromi lagi. Selera makanku hilang, minum mimik pake dot pun gak mau. Aku hanya bisa minum ASI ataupun sedikit air putih yang disuguhkan dengan gelas.
Malam itu, kata bunda, aku rewel sekali. Namun bunda masih bisa menetralisirnya dengan memberi mimik. Hampir setiap saat, aku terbangun dari tidurku. Merengek karena sakit yang kurasakan, tapi tak bisa kukatakan kepada ayah dan bunda.
Keesokannya, kondisiku semakin memburuk. Ayah dan bunda baru mengetahui ada yang aneh pada lidah dan gusiku. Warnanya memerah tidak seperti biasa. Dugaan mereka ketika itu, aku terserang panas dalam. Sore harinya aku dilarikan ke klinik Diwira Husada yang tak seberapa jauh dari rumah. Analisa bu bidan yang menanganiku, aku memang panas dalam. Untuk menyembuhkannya, diberi 3 jenis obat bentuk tablet yang telah dihaluskan terlebih dahulu.
Sakit yang kurasakan teramat perih. Kali ini, aku benar-benar tak bisa lagi memasukkan apa pun ke mulutku. Syukurnya sepulang dari klinik, aku sempat minum obat yang dicampur dengan susu Chil Mil. Sehingga aku bisa lelap tertidur malam ini.
Keesokannya, Minggu (18/6/06), perih yang kurasakan teramat sangat. Makan tak mau, minum pun susah. Ayah, bunda, tante Devi (adik ayah) dan om Rafki (adik bunda) yang ada di rumah, menjadi sangat khawatir. Kali ini, aku benar-benar tak bisa makan. Bunda terus berupaya memberiku makanan lembek, tapi tetap saja aku nggak bisa memakannya. Syukurnya, aku masih berselera mengonsumsi pisang yang telah dihaluskan terlebih dahulu dan meminum seteguk air putih.
Malamnya, intensitas kerewelanku semakin tinggi. Tiap sebentar merengek, menangis, meraung sejadi-jadinya. Benar-benar bikin ayah dan bunda kelabakan. Sampe-sampe buat menenangkanku, ayah menyuruh tante untuk memutar kaset ruqyah syariah di kamarnya. Rewelku berkurang, aku mulai terlelap di kamar tante Devi. Saat itu telah larut malam dan hujan pun tengah mengguyur Kota Padang, sembari menungguiku benar-benar terlelap, ayah dan bunda standby di ruang keluarga sembari menyaksikan pertandingan piala dunia antara Brazil dan Australia. Setelah mereka yakin aku tertidur pulas, barulah aku dipindahkan ke kamar ayah bunda. Buat berjaga-jaga agar diriku tidak terbangun, bunda memutar kaset Cinta Rasul 2 di kamar. Aku pun lelap.
Kejadian semalam, membuat ayah dan bunda semakin khawatir. Kendati telah berobat ke klinik, tapi hasilnya tidak maksimal karena obatnya tidak bisa aku makan. Maka diputuskanlah pagi itu juga --jelang mereka berangkat ke kantor masing-masing--, membawaku ke pak kiai, spesialis baby massage langgananku. Begitu kami datang, pak kiai itu tidak langsung memijitku, tapi memeriksa pergelangan tanganku. Katanya, aku tidak boleh diurut kali ini, karena masih sakit panas dalam. Namun begitu, dia memberiku dua ramuan berupa air kembang untuk mandi dan air putih buat diminum.
Kondisiku mulai membaik. Aku sempat juga dimandikan dengan kembang pemberian pak kiai (kayak penganten cilik aja ya?). Namun air putih pemberiannya, tak pernah diminum. Keesokannya kondisiku semakin membaik. Aku sudah mulai makan dan minum seperti biasa, meski belum bisa mengonsumsi nasi dan minum susu pakai dot. Aku hanya makan lopis dicampur bubur kacang padi untuk sarapan pagi dan siang. Sorenya makan pisang. Ayah juga membelikanku buah pear coklat super buat menghilangkan panas dalamku, setelah diberitahu Tante Ciplok. Jus buah pear coklat itu, membuat badanku menjadi lebih mendingan, dan selera makanku menjadi lebih baik.
Bahkan malamnya, aku juga sempat diterapi via hand phone oleh Pak Zetrizal, rekan kerja ayah yang punya kepandaian mengobati melalui penyaluran tenaga dalam. Triknya, via HP, bunda disuruh memegangiku dengan membaca tahlil, tahmid dan takbir. Sementara pak Zet membacakan do'a dari kantor ayahku. Hasilnya, keringat dinginku pun mengalir. Badan menjadi anteng.
Hari ini, kondisi ku jauh lebih baik. Kendati lidah dan gusi masih memerah. Belajar pada kejadian ini, ayah dan bunda bersepakat agar aku kembali rutin diimunisasi. Karena selama ini, karena kesibukan mereka berdua, jadwal imunisasiku sering terabaikan.
Berdasarkan catatan di Kartu Menuju Sehat (KMS) milikku, aku baru sekali mendapatkan imunisasi BCG pada 20 Juni 2005, dua kali imunisasi Hepatitis B (27 Juni 2005 dan 13 Februari 2006), beberapa kali imunisasi Polio, dua kali imunisasi DPT (8 Oktober 2005 dan 31 Januari 2006), serta sekali imunisasi Campak pada 6 Februari 2006. Ayah dan bunda --termasuk aku sendiri--, tak ingin lagi aku jatuh sakit. Tersiksa gitu lho... (***)
Disya, cepet sembuh ya sayang muah..muah :)
Posted by Anonymous | 22 June, 2006 11:06
Cepet sembuh yak Disya :). Iyak neh imunisasi dunks kok DPT-nya baru 2 kali Darell ajah udah 3 kali.. 2,4 & 6 bulan dikasihnyaD
Posted by Nunik | 22 June, 2006 12:07
Tengkyu ucapannya ya say…
Dah sembuh’kan cayank? Jagain Disya ya bun’ jgn sampe sakit lg…gak tega klo liat anak kecil sakit, seandainya penyakit bisa ditransfer….kita pindahin aja ya bun!
Posted by El van | 22 June, 2006 13:15
cpt sembuh yah disya, duh mbak kasean disya jgn lupa imunisasi nya dunk :) yar gk ati2 an lg :)
Posted by Deenda | 22 June, 2006 15:04
duhhh, kasian...
cepet sembuh dong, biar main sama Anca mau gak. si Anca seumuran kale...
Posted by Hannie | 22 June, 2006 16:06
duh kasian & nggk tega kalo liat anak sakit..elora jg kemarin sakit..badannya panas & rewel..cepet sembuh ya disya sayang:)nah..bunda..mulai sekarang hrs punya agenda ya?jd semuanya terschedule dgn baik:)cium buat disya dari elora&mamielora:)
Posted by ema | 24 June, 2006 03:15
Waahhh....cepet sembuh ya dede. Biar ayah bunda ga kelabakan...:). Ma'em nya yg banyak. Mimi susu juga...
Posted by Anonymous | 24 June, 2006 09:15
hmmm, jadi inget adiknya Anca. *sigh* cepet sembuh ya disya :)
Posted by Hannie | 29 June, 2006 14:57